SEBAB-SEBAB
HATI TERHIJAB
JASAD batin atau
ruh yang selalu kita artikan sebagai hati, mempunyai kemampuan memandang dan
mengenal sesuatu, merasakan kesenangan dan kesusahan, mengetahui yang lahir
maupun yang batin khususnya mengetahui keberadaan Allah SWT.
Itulah kelebihan
manusia daripada makhluk lain yaitu mempunyai hati yang dapat mengenal Allah
dengan sebenar-benarnya sehingga menjadi hamba Allah yang benar-benar takut
pada Allah. Sebagaimana difirmankan oleh Allah : Terjemahannya : Apabila disebut
nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka.(Al Anfaal : 2)
Hati yang terang-benderang
seperti itu dimiliki oleh para ‘ariffin, muqarrobin dan solehin. Hati
mereka dapat melihat dan betul-betul mengenal sifat-sifat keagungan Allah.
Karena itu mereka benar-benar dapat menghambakan diri kepada Allah SWT. Sebaliknya
ada juga manusia yang hatinya gelap (buta) tidak dapat melihat dan mengenal
Allah. Hal itu juga difirmankan oleh Allah SWT : Terjemahannya : Adakah orang
yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar
sama seperti orang yang buta (mengetahui)? Hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran.(Ar Ra’d : 19)
Firman Allah
lagi :Terjemahannya : Mereka itulah orang-orang yang hatinya, pendengarannya
dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah dan mereka itulah orang-orang
yang lalai.(An Nahl : 108)
Dari Umar Al Khattab, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud :"Cap penutup
hati tergantung di kaki arasy. Bila seseorang melanggar larangan Allah (menghalalkan
yang diharamkan oleh Allah) maka Allah akan menutup hati mereka dengan cap
penutup hati tersebut."
Bila hati sudah
buta, atau sudah dikunci mati oleh Allah SWT, maka hati tidak dapat lagi mengenal
Allah. Begitulah hati orang-orang kafir dan munafik yang menyebabkan mereka
menolak kebenaran.
Namun bukan hanya
hati orang kafir dan munafik saja yang sudah buta, kita sebagai umat Islam
pun masih banyak yang hatinya buta. Buktinya adalah kita masih sering membuat
dosa (kecil atau besar). Orang yang masih membuat dosa adalah orang yang tidak
takut pada Allah. Orang yang tidak takut pada Allah adalah orang yang tidak
kenal siapa Allah. Jika tidak kenal Allah menandakan bahwa hati telah buta.
Sabda Rasulullah
SAW : Terjemahannya : Sesungguhnya seorang mukmin apabila ia melakukan dosa
maka terjadilah satu bintik hitam di hatinya. Jika dia bertaubat dan berusaha
membuangnya (bintik hitam tersebut) maka akan selamatlah hatinya. Kalau dosanya
bertambah maka hatinya akan semakin terkunci.
Sabda baginda lagi yang maksudnya :Orang yang membuat satu dosa hilanglah
sebagian akalnya untuk tidak kembali lagi selama-lamanya.
Kalau mata kita
buta, maka kita tidak dapat melihat, tidak dapat mengenal bahkan tidak dapat
berjalan lagi. Begitulah kalau hati kita buta, kita tidak dapat mengenal Allah
dan tidak dapat menempuh jalan syariat lagi. Kita tidak takut, tidak redha,
tidak tawakal, tidak yakin, tidak berharap kepada Allah, tidak cinta, tidak
yakin dengan janji-Nya yaitu Syurga, Neraka, Hari Hisab, siksa kubur, dan
lain-lain lagi. Bila perasaan tersebut sudah tidak ada di hati kita maka datanglah
penyakit hati.
Firman Allah :Terjemahannya : Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah
Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta.
(Al Baqarah : 10)
Mereka akan tersiksa
di dunia dan di Akhirat. Di dunia mereka akan merasa kecewa, putus asa, berkeluh
kesah, dan tidak tenang. Di akhirat tentulah lebih tersiksa lagi.
Penyakit hati
yang Allah maksudkan itu diantaranya ialah iri dengki, dendam, buruk sangka,
serakah, cinta dunia, bakhil, pemarah, penakut, riya', ujub dan sombong.
Langkah pertama
yang wajib ditempuh untuk mengobati penyakit hati kita ialah dengan mengobati
hati yang buta itu. Bila hati sudah tidak buta maka penyakit-penyakit hati
lainnya akan hilang dengan sendirinya.
Kalau mata kita
sakit atau buta, maka kita akan pergi ke dokter mata. Mungkin mata kita akan
dibersihkan, dibedah dan sebagainya. Begitupun kalau hati kita yang buta,
maka kita mesti memberi pengobatan yang sesuai.
Untuk itu mari
kita lihat dulu apakah yang menyebabkan hati terhijab? Di antaranya adalah:
a. Memakan
makanan haram dan makanan syubhat, baik sadar atau tidak.
Bersabda Rasulullah
SAW yang maksudnya:
"Hati itu
dibina dengan apa yang dimakan."
Hati kita adalah
segumpal darah yang mengandung sel-sel darah merah dan zat-zat besi. Sel dan
zat-zat itu berasal dari makanan yang kita makan. Kalau makanan kita bersih
(halal mengikut syariat Islam) maka sel dan zat itu juga bersih sehingga hati
kita juga akan bersih. Sebaliknya kalau makanan yang kita makan itu kotor
(haram dan syubhat) baik benda itu haram atau uang yang digunakan untuk membelinya
haram, maka sel dan zat-zat besi, atau zat-zat yang membina hati kita itu
kotor, busuk dan gelap.
Hati seperti
wadah yang terbuka. Hati yang kotor tidak akan menerima taufik dari Allah
sebab Allah tidak akan memberi taufik dan hidayah kepada hati yang kotor.
Sama halnya kita tidak akan memasukkan makanan ke dalam piring yang kotor.
Apalagi taufik dan hidayah dari Allah itu sangat tinggi harganya.
Bila hati tidak bisa melihat kebenaran maka tidak akan terasa kebesaran, kehebatan,
kasih sayang dan didikan dari Allah, tidak terasa anugerah, penjagaan, pengawasan
dan pembelaan Allah. Kalau hati tidak mendapat hidayah dan taufik lagi maka
kita akan menjadi orang yang sesat dan selalu terlibat melakukan maksiat dan
mungkar.
Bersabda Rasulullah
SAW :
Terjemahannya : Dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Bila baik
daging itu baiklah seluruh anggota dan seluruh jasad. Bila jahat dan busuk
daging itu jahatlah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.(Riwayat Al Bukhari
& Muslim)
Firman Allah
: Terjemahannya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
dengan-Nya. (Al Maidah : 88)
Perintah
memakan makanan yang halal adalah wajib. Kalau kita makan makanan yang haram
dalam keadaan sadar bahwa benda yang kita makan itu haram maka kita akan berdosa
dan hati kita akan gelap. Tetapi kalau makanan yang haram dan syubhat itu
kita makan, tanpa diketahui bahwa benda itu haram dan syubhat maka kita tidak
berdosa tetapi hati kita yang dibina dari makanan itu tetap akan gelap.
Atas dasar itulah
Sayidina Abu Bakar As Siddiq mengorek kembali makanan yang telah ditelannya
hingga muntah-muntah, setelah dia mengetahui bahwa makanan itu sumbernya adalah
syubhat. Amirul Mukminin itu merasa cukup takut bila makanan itu akan membutakan
hatinya. Setelah mengorek makanan itu, dengan rasa bimbang bila saja ada sisa-sisa
makanan tersebut yang masih ada dalam perutnya, maka beliau pun berdoa, "Ya
Allah, jangan Engkau bertindak kepadaku akan apa yang telah jadi darah dagingku"
Begitulah Sayidina
Abu Bakar menjaga hatinya. Sebab itu hatinya menjadi terang-benderang. Jadi,
tidak mengherankan kalau keyakinan beliau cukup kuat dengan Allah.
Rasulullah SAW pun memuji beliau dengan sabda baginda : Terjemahannya : Kalau
dibandingkan iman Abu Bakar dengan iman seluruh manusia kecuali Nabi dan Rasul
niscaya imannya masih lebih baik.
Hal yang serupa terjadi pada Imam Nawawi. Semasa hidupnya ia tidak makan buah-buahan
di Damsyik karena merasa buah-buahan itu syubhat. Beliau sangat menjaga hatinya.
Hati yang terang-benderang
akan mempunyai basirah (pandangan batin) yang tajam yang dapat menembus alam
gaib dan alam kerohanian. Bila alam gaib yang hebat itu bisa terlihat oleh
kita maka alam yang lahir itu sudah tidak berarti apa-apa.
Perbandingannya
seperti ini : Misalnya suatu hari kita diundang menjadi tetamu raja. Maka
masuklah kita ke istana. Di sana kita akan diberi dengan pelayanan yang istimewa,
dengan pakaian dan makanan, peralatan dan perhiasan yang tidak pernah kita
jumpai. Kita merasa sangat gembira dan kita merasa tidak mau kembali lagi
ke rumah kita, sebab rumah kita sudah tidak berharga apa-apa lagi dibandingkan
dengan kehidupan yang indah di istana.
Begitulah keadaan
mereka yang bisa melihat kehebatan alam gaib. Alam yang lahir menjadi tidak
berharga lagi. Karena itulah Sayidina Abu Bakar r.a bisa mengorbankan semua
harta bendanya kepada jihad fisabilillah hingga tidak ada apa-apa lagi yang
ditinggalkan untuk anak isterinya. Beliau mau menebus kehidupan di alam gaib
yang maha hebat dengan menggadaikan seluruh harta benda dunia yang murah itu.
Begitu juga sahabat-sahabat yang lain dan mujahid-mujahid Islam, mereka telah
mengorbankan dunia yang sedikit itu untuk membeli kehidupan akhirat yang agung
di alam baqa’ nanti.
Firman Allah
: Terjemahannya : Sesungguhnya Allah SWT telah membeli dari orang mukmin,
diri dan harta mereka dengan (harga) Syurga untuk mereka. (At Taubah : 111)
Mari kita mengobati
hati kita dengan menghindar dari makanan yang haram. Langkah-langkah yang
perlu diambil untuk mengelak dari makanan yang haram diantaranya ialah :
- Jangan
memakan makanan yang zatnya jelas haram seperti arak atau makanan yang
dicampur arak atau daging yang tidak disembelih.
- Jangan memakan
makanan yang bernajis baik sifatnya najis (karena dibuat dari bahan yang
tidak halal) atau karena cara mencucinya tidak betul atau tidak menurut
syariat, sehingga tetap najis (tetap tidak halal).
- Jangan memakan
daging yang disembelih secara tidak halal dan membersihkannya tidak menurut
syariat.
- Jangan memakan
makanan yang dibeli dengan uang yang haram (sekalipun makanan itu halal).
Uang yang haram contohnya uang suap, uang riba, uang curian dan tipuan.
- Jangan kita
memakan makanan dari usaha yang haram seperti riba, pelacuran, judi, dan
lain-lain.
Makanan syubhat
ialah makanan yang kita ragukan halal atau haram dan uang syubhat ialah uang
yang sumbernya kita ragukan halal atau haram. Makanan dan uang yang syubhat
itu wajib dielakkan supaya kita berpeluang memperoleh kejernihan batin untuk
mengenal Allah dengan pengenalan yang sebenarnya.
Sekarang ini banyak makanan di restoran yang menyalahgunakan perkataan 'HALAL'
dan 'ISLAM' sebagai tanda perniagaan mereka. Kita harus berhati-hati juga
sebab musuh Islam telah menyalahgunakan kata-kata 'HALAL' dan 'ISLAM' itu
untuk keuntungan perut dan kantong mereka saja. Mereka sama sekali tidak takut
pada Allah dan tidak ingin untuk mencari keredhaan-Nya.
Makan makanan
yang halal tetapi berlebihan juga menjadi satu faktor penentu kepada corak
hati kita.
Sabda Rasulullah SAW : Terjemahannya : Wadah yang paling dibenci oleh Allah
adalah perut yang penuh dengan makanan yang halal.
Allah benci kepada
perut yang penuh dengan makanan sebab perut yang penuh itu akan melemahkan
kegiatan hati sehingga tidak kuat untuk memandang pada alam gaib.
Bila hati lemah
maka manusia menjadi lalai dan malas. Malas beribadah dan mudah terjebak dalam
maksiat. Atas dasar itulah para salafussoleh mengurangi porsi makan mereka.
Rasulullah SAW
selalu melatih perutnya untuk berada dalam keadaan lapar. Beliau pernah meletakkan
batu di perut dan kemudian mengikat perutnya dengan kain agar tidak terasa
kekosongan perut yang memang kosong. Beliau jarang berada dalam keadaan kenyang.
Jika satu hari kenyang, maka tiga hari lapar. Beliau selalu berpuasa satu
hari, kemudian satu hari lagi berbuka.
Begitu pula cara
hidup yang ditempuh oleh Nabi Sulaiman a.s yang dikenal sebagai orang kaya-raya.
Beliau selalu berpuasa dan hanya memakan roti kering dan air putih. Nabi Yusuf
a.s pun ketika menjadi menteri di Mesir melakukan sehari berpuasa dan sehari
berbuka. Bila ditanya mengapa Beliau berbuat begitu, jawabnya, "Di hari
aku lapar, aku dapat merasa bahwa aku adalah hamba yang memerlukan pertolongan
Allah. Di hari aku kenyang maka aku dapat bersyukur pada Allah SWT yang memberikan
rezeki."
Begitulah cara
hidup Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, orang-orang muqarrobin dan orang-orang soleh.
Mereka berjuang melawan nafsu untuk membersihkan hati supaya merasa diri sebagai
hamba Allah yang lemah dan hina dina. Cara hidup mereka itulah yang wajib
kita contoh. Kita mesti senantiasa berperang dengan nafsu yang selalu mengajak
kita lalai dari Allah.
Mari kita obati
hati kita dengan cara mengurangi makan. Langkah-langkah praktis yang mesti
diambil untuk mengurangi makan di antaranya ialah :
- Hidangan makanan
kita janganlah lebih dari dua jenis lauk. Itulah amalan Sayidina Umar. Beliau
tidak makan dengan lebih dari dua jenis lauk. Sebab bila jenis lauk sudah
bermacam-macam nafsu kita bertambah besar untuk merasakan semua jenis lauk.
- Makanan itu
sebaiknya sederhana, jangan terlalu enak. Sebab kalau terlalu enak, kita
tidak mampu mengawal nafsu untuk makan berlebihan.
- Jangan menyimpan
berbagai kelebihan makanan dalam rumah, sebab bila makanan tersedia maka
kita senantiasa berfikir untuk makan. Sebaliknya kalau tidak ada simpanan
makanan, nafsu tidak akan mengajak kita berfikir untuk makan.
- Coba memperbanyak
puasa sunat seperti di hari Senin dan Kamis atau paling kurang tiga hari
dalam sebulan.
Harus kita fahami
bahwa langkah-langkah di atas adalah untuk membersihkan hati dan membuat hati
kita merasa menjadi hamba Allah yang lemah dalam segala masalah kita.
b. Pandangan
dan Pendengaran yang Haram
Kita telah sepakat
bahwa : "Dari mata turun ke hati." Artinya hasil dari pandangan
(termasuk pendengaran) bukan sekedar terasa di mata dan telinga tetapi akan
bersambung dan berkesan di hati. Kalau apa yang kita pandang dan dengar itu
baik, maka hati kita akan menerima kebaikannya. Sebaliknya kalau yang kita
pandang dan dengar itu maksiat dan mungkar (haram), maka hati kita akan berisi
kejahatan dan kemungkaran itu.
Hati yang senantiasa
menerima pandangan dan pendengaran yang mungkar akan menjadi hati yang gelap
dan pekat, buta dari melihat keagungan Allah. Hati itu tidak lagi merasa takut
pada Allah, bahkan cinta dan rindu pada Allah SWT akan hilang.
Saya rasa kita
semua tentunya memiliki pengalaman pribadi terhadap hal itu. Kalau setiap
hari hati kita terisi dengan zikrullah, bacaan Al Quran, puasa, shalat sunat,
membaca kitab dan mendengar pengajian agama, hati kita akan lembut, terasa
indah dalam beribadah kepada Allah, rindu kepada kebaikan, benci dan takut
kepada dosa.
Tetapi kalau
setiap hari hati kita isi dengan program TV, berkata-kata kosong, mengumpat
dan mencaci, membaca majalah hiburan yang penuh maksiat, mendengar lagu-lagu
pop, maka kita akan menjadi malas beribadah, memandang kecil tentang cara
hidup sunnah, tidak ada rasa takut dengan Allah, tidak membesarkan Allah apalagi
untuk rindu pada-Nya, tidak suka pada pemuka agama dan lupa pada Akhirat.
Hati kita menjadi cinta kepada dunia dengan segala hiburannya. Hati selalu
ingin lepas, bebas tanpa disekat oleh hukum Islam, malas berjuang dan berangan-angan,
serta ingin hidup lebih lama lagi.
Itulah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa tindakan lahir, pendengaran dan
penglihatan yang haram akan membuat hati kita buta kepada kebenaran.
Allah berfirman
: Terjemahannya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes
mani yang bercantum (benih) yang akan Kami mengujinya (dengan perintah dan
larangan) karena itu Kami menjadikan dia mendengar dan melihat. (Al Insaan
: 2)
Tujuan Allah
memberi kita mata dan telinga adalah untuk mencari dan mengenal pencipta kita
yaitu Allah SWT. Selain itu supaya kita sadar untuk berbakti dan menurut perintah-Nya.
Firman-Nya : Terjemahannya : Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk
menyembah Aku. (Adz Dzaariyat : 56)
Kita mesti merasa
bahwa diri kita adalah sebagai hamba dalam melaksanakan perintah suruhan dan
larangan dari Allah. Yang penting adalah rasa kehambaan. Ibadah yang sebenarnya
adalah yang berasal dari rasa kehambaan. Kalau waktu beribadah itu kita tidak
merasa hina dan tidak merasa hamba, tetapi merasa besar diri, sombong, marah,
dengki, maka amalan lahir itu bukan lagi dinilai ibadah. Sama halnya dengan
seorang kuli yang menghadap tuannya dengan rasa besar diri, dengan bertolak
pinggang. Bukankah lebih baik bila ia tidak menghadap, sebab tentu akan menimbulkan
kemarahan tuannya.
Hidup bukan untuk dunia tetapi hidup untuk Allah dan untuk mencari bekal kembali
ke Akhirat. Untuk tujuan itulah kita dikaruniakan Allah pendengaran dan penglihatan.
Gunakanlah keduanya sebaik mungkin sebagai alat untuk sampai kepada tujuan
yang diredhai-Nya.
Mari kita obati
hati kita dengan menjaga pandangan dan pendengaran hanya kepada yang dapat
mengingatkan kita kepada Allah, merasa takut pada-Nya dan untuk berbakti pada-Nya.
Langkah-langkah yang sebaiknya diambil di antaranya ialah :
- Banyakkan
membaca Al Quran dan terjemahannya, hadist dan kitab-kitab serta buku-buku
agama termasuk majalah dan risalah yang berunsur dakwah. Dalam waktu yang
sama, elakkan dari membaca buku-buku khayalan, majalah hiburan dan berita-berita
yang jauh dari kebenaran.
- Selalu mengunjungi
mesjid, tempat pengajian agama, majelis dakwah, tahlil dan zikrullah serta
mengelak dari tempat-tempat maksiat, acara-acara yang liar (pergaulan bebas)
dan keluar rumah tanpa tujuan, sebab di luar banyak pandangan dan pendengaran
yang membawa kepada maksiat. Juga kita mengelak dari bergaul dengan kawan
yang mengajak kita kepada maksiat.
- Mendatangi
orang-orang soleh, sebab dengan melihat mereka, dapat memberi Kekuatan.
- Ingat mati,
karena selalu mengingat mati akan melembutkan hati.
- Elakkan dari
menonton program TV yang tidak berfaedah. Sekali kita biarkan mata dan telinga
kita memandang dan mendengar perkara yang dibenci oleh Allah, maka selama
itu kita biarkan nafsu menjadi raja di hati kita sehingga kita lalai dan
tidak takut kepada penglihatan dan pengawasan Allah. Lebih baik kita tidur
daripada menonton TV sampai larut malam. Hasilnya kita bisa bangun dengan
segar untuk menyembah Allah dan mendekatkan hati pada-Nya. Kalau hati kita
merasa sama saja antara melihat maksiat atau tidak, itu tandanya hati kita
sudah rusak dan jauh dari Allah.
Itulah di antaranya
langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjernihkan batin kita. Perlu diingat
bahwa langkah-langkah itu mesti diperjuangkan sungguh-sungguh dan terus menerus.
Kita jangan cepat
jemu atau mudah terpengaruh dengan bujukan nafsu liar kita. Dan janganlah
kita mengharap untuk memperoleh hasilnya dalam jangka waktu yang singkat.
Sebab menurut pengalaman orang-orang yang telah menempuh jalan itu, waktu
paling singkat untuk memperoleh hati yang bersih (taraf kerohanian yang tinggi)
melalui mujahadah melawan hawa nafsu (mujahadatunnafsi) adalah 20 sampai 30
tahun lebih.
Waktu yang akan
kita tempuh, sesuai dengan waktu yang kita gunakan untuk maksiat. Sejak dalam
perut ibu, kita sudah menerima makanan yang tidak jelas halalnya. Setelah
lahir pun kita berada di tengah-tengah maksiat dan macam-macam kemungkaran.
Hati kita sudah gelap pekat dengan karat-karat dosa yang kita lakukan secara
sadar atau tidak. Jadi memang sudah selayaknya kalau kita korbankan 20-30
tahun umur kita yang akan datang untuk membersihkan hati nurani kita. Mudah-mudahan
di akhir umur kita, dapat kita rasakan kebersihan hati dan keselamatan dari
mazmumah. Mudah-mudahan kita dapat menghadap Allah membawa hati yang selamat.
Firman Allah :
Terjemahannya : Di hari itu (hari kita meninggal dunia) tidak berguna
lagi harta dan anak kecuali mereka yang menghadap Allah membawa hati yang
selamat. (Asy Syuara’: 88-89)
Apabila ruh kita
sudah bersih dan sudah kembali pada fitrahnya semula (sewaktu di alam ruh),
maka kita akan merasakan bermacam-macam pengalaman batin yang luar biasa.
Tapi hal itu juga tergantung kepada taraf kebersihan ruh yang dapat kita capai.
Ada dua peringkat ruh yang bersih yaitu :
1. Ruh yang terlalu
bersih (orang yang Mukasyafah)
Biasanya dicapai oleh muqarrobin. Ruh itu dapat menembus hijab antara alam
dunia dan malakut dan dapat melihat segala rahasia-rahasia batin manusia.
Hal-hal yang biasanya oleh orang biasa dilihat di alam mimpi maka mereka dapat
melihatnya di waktu sadar. Contohnya : kalau ada seseorang yang sifat batinnya
seperti anjing maka orang itu akan terlihat oleh mereka seperti anjing. Kalau
orang biasa mendapat ilmu dengan belajar maka mereka memperoleh ilmu melalui
ilham.
2. Ruh yang bersih
Tingkatan itu dapat dicapai oleh orang-orang soleh. Ruh mereka dapat mengesan
rahasia-rahasia batin hanya melalui mimpi-mimpi yang benar dan rasa hati yang
benar dan tepat dengan kehendak Allah. Mereka tidak dapat melihatnya secara
nyata, sebab hijab pada diri mereka tidak terangkat semua. Allah menceritakan
hal itu dalam hadist Qudsi, firman-Nya yang bermaksud : Barang siapa yang
memusuhi wali-Ku (orang yang setia pada-Ku) maka Aku mengisytiharkan perang
terhadapnya. Dan tiada amal seorang hamba-Ku yang bertakwa (yang beramal)
pada-Ku yang lebih Kucintai daripada dia menunaikan semua yang Kufardhukan
ke atasnya. Dan hambaKu yang senantiasa bertaqarrub kepadaKu dengan nawafil
(ibadah sukarela) sehingga Aku mencintainya, maka jadilah Aku seolah-olah
sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya dan sebagai penglihatannya
yang ia melihat dengannya
dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya dan sebagai kakinya yang
ia berjalan dengannya.
Dan andaikata
ia memohon pasti akan Kuberi padanya. Dan andaikata ia berlindung kepada-Ku
pasti akan Kulindungi.
Rasulullah SAW
bersabda : Terjemahannya : Takutilah olehmu firasat (pandangan tembus) orang-orang
Mukmin karena ia memandang dengan cahaya Allah. (Riwayat At Tarmizi)
0 komentar:
Posting Komentar