Pages

Sabtu, 05 November 2011

Bicaralah Yang Baik Atau Diam

Bicaralah Yang Baik Atau Diam


Bicaralah Yang Baik Atau Diam
Telah sampai kepada kami ada seorang umahat yang suaminya Mathlub fiesabilillah (InsyaAllah) kebingungan dan gundah laluUmmahat ini sms ke salah seorang Ikhwan berharap Ikhwan tersebut bias membantu kebingunganya, Tapia pa yang ia data dari sms balasan Ikhwan tersebut yaitu sebuah kalimat yang berbunya “ Antum jangan sms ke ana lagi barangkali ana terbawa bawa” (atau kalimat semisal).
Kemudian salah satu Ummahat yang lain ketika mendengar salah satu anak dari Ihwan Masjunin sedang sakit dan memerlukan bantuan , Ummahat ini menghubungi/sms salah satu Ummahat yang lain yang merupakan istri salah satu Murabbi atau ustadz kami barangkali Ummahat ini bias membantu mengumpulkan dana, tapi balasan atau jawaban yang ia terima dari Ummahat itu “ Sudahlah jangan sampai kami terbawa bawa lagi” (atau semisalnya yang semakna itu)
Dua ucapan yang intinya sama tersebut keluar dari seorang Muwahid dan Muwahhidah yang mereka lebih dulu mengenal Dien Ini daripada kami, yang mereka belaar tentang Tuhid dan  duduk di majelis-majelis Ilmu Tauhid Laa Haula Wala QuwwataIla BiLLah
Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassalam Telah bersabda ; “Barang siapa yang berIman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah ia berkata BAIK atau DIAM”. (Muttafaq ‘Alaih)
Kita harus hati-hati sebelum mengucapkan sesuatu, hendaklah di fikirkan dengan baik apa dampak atau resiko yang akan di timbulkan dari ucapan kita, karena akan kita pertanggungjawabkan di Dunia ( sesama manusia) dan di Akhirat ( di hadapan Allah Jalla wa ‘Ala ).
Dalam satu riwayat Rasullullah Shhallallahu ‘Alaihiwasallam bersabda “ Tidaklah suatu ucapan yang di ucapkan oleh manusia dianggap ringan , tapi amat berat di sisi Allah ‘Azza wa Jalla”.
Meski tidak dalam bentuk ucapan sms itu sudah cukup menjadi bukti mewakili hati ucapan atau perasaan si fulan dan fulannah tersebut, Kata-kata yang sungguh tanpa dasar kecuali di dasari oleh rasa takut yang berlebihan, Wal iyadzubillah.Ulama  yang mengistilahkan takut seperti itu adalah takut tabi’I atau takut yang merupakan fitrah kita sebagai manusia, tapi jangan sampai ketakutan ini  menghalangi kita untuk melakukan Tawa’awun ‘Alal birr wat taqwa atau menghalangi dari kewajiban kita sesama Muslim, barangkali bisa menjerumuskan kita kepada perbuatan ma’asiyi dan menambah penderitaan kaum muslimin yang sedang terkena musibah atau ujian tersebut.
Bukankah Rasul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Barang siapa yang memudahkan urusan seorang muslimdi sunia maka Allahakan memudahkan urusanya di dunia dan akhirat”.
Wahai saudara saudariku apa kiranya yang mendorong kalian berkata demikian, apakah fatwa dari Ustadz kalian atau kesepakata Jama’ah atau Tanzhim kalian untuk melarang membantu istri para Masjunin dan Mathlubin, sungguh berdosalah kita yang merasa tenang dan kenyang sementara di sekitar kita ada keluarga Muwahid Mujahid yang tidak pernah merasakan kenyang.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman  :
“ Allah tidak menyukai ucapan buruk , (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya . Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Rasul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam  bersabda :
“Siapa yang menjamin untukku mampu menjaga antara kumis dan jenggotnya ( lisanya ), antara kedua kakinya ( kemaluanya ), aku jamin baginya surge”. (HR Bukhari)
Jika kalian mempunyai rasa takut sungguh kami pun memiliki rasa takut. Jika ketakutan kalian menghalangi kalia untuk menolong dan membantu keluarga Mujahid Muwahid maka berkatalah yang baik dan hiburlah kami serta do’akanlah kami kalaupun tidak maka DIAM itu insyaAllah  lebih baik dan menyelamatkan dari fitnah.
Mintalah perlindungan kepada Allah Jalla Wa ‘ala jangan sampai ketakutan kita kepada orang-orang Kafir Musyrik Murtad melebihi ketakutan kita kepada Allah Jalla Wa’ala.
Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’man nashir.
Wallahu Ta’ala A’lam Bishohwab.

0 komentar:

Posting Komentar