Ilustrasi (blogspot.com/kembarasalik)
dakwatuna.com - “Mencari
suami ideal dimana ya pak ?” tanya mbak Diyan Hastari pada postingan
saya terdahulu tentang Sepuluh Karakter Suami Ideal. Sebuah pertanyaan
yang menarik.
Adakah sebuah tempat yang menyediakan suami ideal,
dimana para perempuan lajang yang hendak menikah tinggal memilih dan
membawanya pulang ? Adakah supermarket yang menyediakan stock suami
ideal dan kita tinggal membayar harganya di kasir ? Bahkan, adakah
seseorang yang bisa disebut sebagai suami ideal ?
Ideal itu adalah
proses dan usaha “menjadi”. Bukan pada “hasil jadi” yang bernama “suami
ideal”. Namun justru pada proses dan usaha yang terus menerus dilakukan
untuk mencapai “hasil jadi” tersebut, yang ujungnya belum tentu akan
sampai kepada titik idealitas yang diharapkan. Belum tentu sampai, namun
proses dan usaha itulah yang memberikan arti dan makna dalam diri kita.
Memahami Proses
Jangan
berharap mendapatkan suami ideal saat seorang wanita memutuskan untuk
menikah. Sungguh ia hanya menikah dengan seorang lelaki yang biasa saja,
yang akan melakukan pembelajaran bersama, berproses bersama, menuju
kepada kondisi ideal yang diharapkan. Proses inilah yang harus dilakukan
dengan konsisten dan penuh kesabaran, karena teramat banyak kendala
menyusuri setiap langkah dan konsekuensinya.
Semua orang selalu
memiliki sisi kelebihan dan kekurangan, maka saat mengawali hidup
berumah tangga, setiap laki-laki dan perempuan harus menyiapkan diri
untuk menghadapi semua sisi yang dimiliki pasangannya. Tidak boleh hanya
siap menghadapi sisi kebaikannya dan tidak siap melihat sisi kekurangan
pasangan. Mungkin saja masih amat banyak kekurangan pasangan, namun
bukankah kita semua tengah melakukan sebuah proses menuju kondisi yang
lebih baik ?
Kadang dijumpai seseorang yang tidak sabar menghadapi
kekurangan dan kelemahan pasangan. Ia tidak mau menerima kenyataan
bahwa dalam diri pasangannya ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan
dan harapannya. Padahal pasangannya tengah berusaha melakukan proses dan
usaha agar bisa sesuai harapan, namun namanya proses, tidak semudah
membalik telapak tangan. Semua pihak harus bersabar dan memahami adanya
proses dan usaha yang tengah dilakukan oleh pasangannya.
Mencari Suami Ideal di Rumah Sendiri
Tidak
ada toko yang menjualnya. Tidak ada lembaga yang menyediakannya. Tidak
ada instansi yang memiliki stock dan siap dibagi-bagikan kepada para
perempuan lajang yang akan menikah. Suami ideal itu didapatkan di rumah
tangga yang dibentuk antara seorang lelaki biasa dan seorang wanita
biasa. Didapatkan dari sebuah prosesi pernikahan yang sah, yang
ditindaklanjuti dengan konsistensi kedua belah pihak, untuk berproses
menuju kondisi ideal.
Konon, “hanya lautan dengan ombak hebat yang
bisa melahirkan pelaut tangguh”. Ya, bukan lautan yang tenang, justru
laut yang bergelombang. Gangguan, cobaan, ujian yang dihadapi keluarga
dalam kehidupan sehari-hari, akan membentuk karakter sebagai suami dan
sebagai istri yang semakin berkualitas ideal. Maka, wajar di awal
pernikahan, baik suami maupun istri berada dalam situasi “culun”, polos,
dan apa adanya, karena belum menghadapi benturan dengan ombak kehidupan
keluarga.
Seorang lelaki yang telah membina kehidupan rumah
tangga selama tiga puluh tahun, tentu lebih memiliki perspektif yang
luas dan dalam tentang sosok suami ideal, dibandingkan dengan lelaki
yang baru setahun menikah. Demikian pula, lelaki yang telah memiliki
anak dari hasil pernikahannya, akan memiliki gambaran yang lebih kuat
tentang suami ideal, dibanding dengan lelaki lajang yang baru akan
melaksanakan pernikahan. Kita tidak bisa membandingkan mereka semua,
karena tidak berada dalam kondisi dan situasi yang bisa dibandingkan.
Artinya,
“jam terbang” menjadi memiliki arti. Pilot yang pertama kali terbang
tidak bisa dibandingkan dengan pilot senior yang sudah ribuan kali
memimpin penerbangan. Jam terbang mereka tidak bisa dibandingkan. Untuk
itulah, jangan bandingkan suami Anda dengan lelaki lain, karena semua
orang memiliki kondisi yang berbeda. Tidak layak membandingkan suami
Anda dengan suami orang lain.
“Menurutku, pak Budhi itulah sosok
suami ideal”, kata Rita kepada suaminya, Bambang. “Ya benar. Budhi itu
suami ideal, karena Novie juga istri ideal”, jawab Bambang membalas
omongan istrinya.
Tidak perlu mencari-cari dari orang lain. Pada
diri suami satu-satunya yang ada di rumah Anda dan selalu mendampingi
Anda itulah, Anda akan mendapatkan sosok suami ideal. Jangan menyesali
pernikahan yang sudah dengan sadar Anda laksanakan. Yang paling penting
justru melakukan proses secara konsisten dan kontinyu, untuk membentuk
berbagai karakter ideal dalam diri suami dan istri, agar masing-masing
menuju kondisi yang lebih baik.
Membantu Suami Menjadi Ideal
Dalam
kehidupan keluarga, semua pihak saling memberikan pengaruh, positif
maupun negatif. Seluruh problematika dalam kehidupan rumah tangga selalu
ada andil dan kontribusi dari kedua belah pihak, suami dan istri. Maka,
jika menghendaki memiliki suami ideal, para istri harus membantu
suaminya untuk selalu berproses menuju kondisi ideal.
Berikan
kepercayaan kepada suami, agar ia memiliki perasaan nyaman karena
mendapat kepercayaan dari istri. Hindarkan bentuk kalimat negatif untuk
menyampaikan keinginan karena akan berpotensi menyebabkan suami merasa
diadili dan dihakimi. Gunakan kalimat positif untuk mendorong suami agar
selalu berproses menuju kebaikan.
“Aku benci sekali penampilanmu
yang tidak pernah rapi”, ini adalah contoh kalimat negatif, yang
dimaksudkan istri untuk membuat suaminya tampil lebih rapi. Namun bentuk
kalimat negatif seperti ini sejak awal sudah membuat barrier, suasana
yang tidak nyaman pada diri suami, karena merasa tidak dihargai dan
tidak dipercaya.
“Aku bangga sekali menjadi istrimu. Engkau suami
yang ganteng dan selalu bekerja keras demi keluarga. Namun akan lebih
ganteng jika engkau lebih memperhatikan kerapian penampilanmu. Sedikit
saja, engkau cuma perlu lebih rapi dalam berpakaian,” ini adalah contoh
kalimat positif yang lebih terasa nyaman pada hati suami. Sama-sama
ingin mengubah penampilan suami, penggunaan kalimat positif lebih
efektif daripada kalimat negatif.
Itulah di antara cara membantu
suami untuk berproses menjadi ideal. Dia tidak akan bisa menjadi ideal
dengan sendirinya, namun perlu proses bersama. Saling melengkapi, saling
menguatkan, saling mengisi, saling memberi, saling menasihati, saling
menjaga, saling memahami proses yang tengah terjadi.
Nah, Anda
bisa mendapatkan sosok suami ideal dari proses dan usaha yang Anda
lakukan bersama pasangan. Seiring sejalan, saling menguatkan proses dan
usaha yang tengah dilakukan, untuk menuju kondisi ideal.
0 komentar:
Posting Komentar