Sabtu, 19 November 2011
Wisata hati
“Mengapa
seseorang selalu merasa kurang secara penghasilan? Mungkin karena ia
kurang sedekah!” buka Ustad Yusuf Mansur malam itu. Beliau melirik
sekelilingnya. Wajah-wajah muda, dengan tatapan penuh semangat tengah
duduk mengelilinginya. Mereka adalah 20 besar kontestan eliminasi Mimbar
Dai TPI. Mereka tekun menyimak penuturan ustad pendiri Wisata Hati
Coorporation itu. Malam itu, tanggal 12 Juli 2005, Ustad Yusuf mendapat
kesempatan memberikan pembekalan atau pelatihan bagi para dai muda di
Asrama Haji Pondok Gede, Bekasi. Acara yang diselenggarakan habis Isya
sampai pukul 21.00 itu, berlangsung cukup seru. Dilengkapi beberapa
games, salah satunya berupa simulasi dengan selembar kertas, yang
mengundang tanya peserta. Banyak orang yang memiliki penghasilan besar,
namun selalu merasa tidak cukup. Bahkan tidak jarang pengeluaran mereka
lebih besar dari penghasilan yang didapat. Mungkin diri kita pernah
merasakan demikian. Maka instropeksilah, mungkin sedekah yang kita
keluarkan terlalu sedikit, sehingga berkah yang Allah berikan juga
sekedarnya. Padahal dalam surat Al An’am ayat 160, Allah sudah janji
akan melipatgandakan pahala sampai 10 kali lipat bagi mereka yang
berbuat kebaikan. Jadi sebetulnya kita tak perlu ragu untuk menyisihkan
penghasilan bagi mereka yang membutuhkan. 1 – 1 = 10, itulah ilmu
sedekah. Banyak kejadian dibalik fenomena keajaiban sedekah.
Dalam
kesempatan tersebut, Ustad Yusuf memaparkan beberapa kisah yang Insya
Allah mampu meningkatkan keyakinan kita, bahwa Allah pasti akan
meliptrgandakan pahala-Nya, bila kita sedekah. Contohlah sebuah kisah
tentang seorang supir yang mengeluh karena gajinya terlalu kecil.
“Supir
ini datang ke Klinik Spiritual dan Konseling Wisata Hati. Dia bilang
gajinya cuma 800 ribu, padahal anaknya lima! Ia ingin gajinya jadi 1,5
juta!” ujar Ustad Yusuf sambil duduk bersila di permadani.
Dengan
bijak, Ustad Yusuf mengajak supir itu mensyukuri terlebih dahulu apa
yang telah didapatkannya selama ini. Kemudian ia menunjukkan surat Al
An’am 160 dan surat 65 ayat 7, mengenai anjuran bagi yang kaya untuk
membagi kekayaannya dan yang mampu membagi kemampuannya.
Supir
itu lantas bertanya,”Kapan ayat-ayat itu dibaca dan berapa kali, Ustad?”
“Nah, inilah kelemahan orang kita,” potong Ustad Yusuf sejenak, “Qur’an
hanya untuk dibaca!”
Agak kesal dengan pertanyaan sang supir,
Ustad Yusuf menyuruhnya segera berdiri. Kemudian ia bertanya, ”Maaf…
boleh saya tanya pertanyaan yang sifatnya pribadi? ”Supir itu
mengangguk. “Nggak bakal tersinggung?” Kembali supir itu mengangguk.
“Bawa duit berapa di dompet?” desak Ustad Yusuf. Supir itu mengeluarkan
uangnya dalam dompet, jumlahnya seratus ribu rupiah. Langsung Ustad
Yusuf mengambilnya. “Nah, uang ini akan saya sedekahkan, ikhlas?”
Supir
itu menggaruk-garukkan kepalanya, namun sejurus kemudian mengangguk
dengan terpaksa. “Dalam tujuh hari kerja, akan ada balasan dari Allah!”
“Kalau nggak, Ustad?” “Uangnya saya kembaliin!”
Mulailah sejak
itu ia menghitung hari. Hari pertama tidak ada apa-apa, demikian pula
hari kedua, bahkan pada hari ketiga uangnya hilang sejumlah 25 ribu
rupiah. Rupanya ketika ditanya Ustad Yusuf tempo hari, sebenarnya ia
bawa uang 125 ribu rupiah, namun keselip.
Pada hari keempat supir
itu diminta atasannya untuk mengantar ke Jawa Tengah. Selama empat hari
empat malam mereka pergi. Begitu kembali, atasannya memberikan sebuah
amplop, “Ini hadiah istri kamu yang kesepian di rumah,” begitu katanya.
Ketika amplop itu dibuka, Subhanallah…. Jumlahnya 1,5 juta rupiah. Para dai muda yang menyimak cerita itu terkagum-kagum.
Kemudian
ustad Yusuf bertanya, “Siapa yang belum nikah?” serentak hampir semua
peserta mengacungkan tangan dengan semangat, seraya bergurau. “Nah,
selain untuk memanjangkan umur, mengangkat permasalahan, sedekah juga
mampu membuat orang yang belum kawin jadi kawin, dan yang udah kawin…”
“Kawin lagi???” jawab beberapa peserta, kompak! Ustad Yusuf tertawa,
“Yang udah kawin… makin sayang…”
Lalu mengalunlah sebuah cerita
lain. Ada seorang wanita berusia 37 tahun yang belum menikah mengikuti
seminarnya. Setelah mendengarkan faedah sedekah, wanita itu lantas pergi
ke masjid terdekat dari rumahnya dan bertanya pada penjaga masjid itu,
“Maaf, Pak… kira-kira masjid ini butuh apa? Barangkali saya bisa bantu…”
“Oh, kebetulan. Kami sedang melelang lantai keramik masjid. Semeternya
150 ribu…” Wanita itu menarik sejumlah uang dari sakunya, yang berjumlah
600ribu. Tanpa pikir panjang ia membeli empat meter persegi lantai
tersebut,”Mudah-mudahan hajat saya terkabul…” harapnya.
Subhanallah… Allah menunjukkan keagungan-Nya. Minggu itu juga datang empat orang melamarnya! “Itulah sedekah!”
Ustad Yusuf menantang mata peserta,”Sulit akan menjadi mudah, berat menjadi ringan… asal kita sedekah!”
Sebuah
kisah unik lainnya terjadi. Suatu hari, seorang wartawan mengajak Ustad
Yusuf ke Semarang, hanya untuk berpose dengan sebuah mobil Mercedez New
Eyes E 200 Compresor baru. Tak ada yang istimewa dengan mobil itu
kecuali harganya yang mahal, sekitar 725 juta rupiah, dan… mobil itu
milik seorang tukang bubur keliling!
Loh, bagaimana bisa seorang
tukang bubur punya mercy? Bisa aja kalau Allah berkehendak. Tukang bubur
itu tentunya tak pernah bermimpi bisa memiliki sebuah mobil Mercedez
baru. Namun kepeduliannya kepada orang tua, justru membuatnya kejatuhan
bulan.
Karena orang tuanya ingin naik haji, tukang bubur itu giat
sedekah. Ia sengaja menyediakan kaleng kembalian satu lagi, khusus uang
yang ia sedekahkan. Yang kemudian ia tabung di sebuah bank. Ketika
tabungannya itu telah mencapai 5 juta, ia mendapatkan satu poin
memperebutkan sebuah mobil mercy. Dan si tukang bubur itulah yang
memenangkan hadiah mobil tersebut.
Karena tak mampu membayar
pajaknya sebesar 25%, seorang ustad bernama Hasan, pemilik Unisula,
membantunya. Maka, jadilah mobil itu milik tukang bubur.
Kisah
terakhir, tentang hutang 100juta yang lunas hanya dengan sedekah 100
ribu rupiah. Orang ini mendengarkan ceramah seorang ustad yang
mengatakan, kalau sedekah itu dapat membeli penyakit, dapat membayar
hutang, dan dapat menyelesaikan masalah. Teringat hutangnya sejumlah 100
juta, ia menyedekahkan uang yang ada, sebesar 100 ribu.
Dalam
hatinya ia berharap hutangnya dapat cepat lunas. “Dan… Allah mengabulkan
doanya secepat kilat. Begitu pulang dari pengajian, saat menyebrang
jalan, orang itu tertabrak mobil dan lunaslah hutangnya!” seru Ustad
Yusuf berapi-api.
Semua peserta melongo kemudian tertawa. Hampir
semua menebak orang itu meninggal, sehingga si pemilik piutang
mengikhlaskan hutangnya.
“Nggak!” koreksi Ustad Yusuf cepat, “Dia
cuma pingsan. Kebetulan yang nabrak orang kaya. Selain dibawa ke rumah
sakit, dia juga melunasi hutangnya!”
Itulah… Allah punya cara
tersendiri untuk menolong hamba-Nya. Selain memberikan materi tentang
sedekah, Ustad muda berkulit putih ini juga memberikan masukan dan saran
tentang bagaimana tampil yang baik di hadapan audience (baik di
televisi ataupun di ruangan), di antaranya mengajarkan teknik memotong
materi (untuk commercial break) yang baik, sehingga pemirsa televisi
enggan mengganti saluran dan tetap menunggu sampai iklan berakhir, lalu
cara melibatkan emosi audience, melibatkan orang sekitar acara (baik
outsider, maupun insider), intonasi suara, melakukan atraksi menarik,
dan sebagainya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar